"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Berbicara tentang amalan yang tidak akan terputus meskipun seseorang sudah meninggal dunia, salah satunya adalah sedekah jariyah. Apa itu sedekah jariyah?
Sedekah jariyah adalah perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi seseorang meskipun ia telah meninggal dunia. Contohnya berwakaf, bisa dengan membangun masjid, sumur, buku, makam dan lainnya yang manfaatnya dapat dirasakan terus menerus oleh masyarakat sampai saat ini.
Ternyata sedekah jariyah itu bukan hanya sesuatu yang tidak bergerak, tapi bisa juga sesuatu yang produktif. Seperti apa?
Sedekah jariyah yang produktif bisa berbentuk wakaf produktif.
Apa itu Wakaf Produktif?
Wakaf produktif adalah wakaf yang dilakukan untuk sesuatu yang dapat menghasilkan, seperti pengelolaan lahan, rumah sakit, sekolah dan lainnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah, dimana sih kita bisa berwakaf produktif?
Jawabannya adalah salah satunya melalui organisasi nirlaba Dompet Dhuafa dengan program WakeUp Wakaf.
Dompet Dhuafa
Dompet dhuafa merupakan organisasi nirlaba terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1993, yang mengangkat martabat dan pengabdian manusia dengan memanfaatkan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf atau lebih dikenal dengan ZISWAF serta dana sosial lainnya baik dari individu, kelompok maupun perusahaan.
Sejak dikukuhkan sebagai nazhir wakaf pada 16 Juni 2004, hingga saat ini wakaf Dompet Dhuafa sudah memiliki beberapa aset wakaf produktif seperti rumah sakit, sekolah, kebun dan masjid. Semua aset wakaf ini dikelola secara produktif, surplus wakafnya digunakan untuk mauquf alaihi/penerima manfaat pada program pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial budaya.
WakeUP Wakaf Melalui Kebun Indonesia Berdaya
Salah satu bentuk wake up wakaf yang ada di Dompet Dhuafa adalah pengelolaan lahan. Wakaf pengelolaan lahan ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa aset wafat itu ada yang dikelola secara produktif untuk menyejahterakan masyarakat juga.
Hari Kamis, 17 Oktober 2019, aku dan beberapa blogger Bandung diajak untuk langsung melihat Kebun Indonesia Berdaya yang terletak di Kabupaten Subang.
Perjalanan dimulai pukul 07.30 dari Bandung, dan sampai kira-kira pukul 10.30. Kebayang dong, di Subang naik ke derah pegunungan saat cuaca sedang panas-panasnya. Kami memulai mengitari Kebun Indonesia Berdaya yang luasnya kurang lebih 10 hektar.
Kebun Indonesia Berdaya ini telah sukses menjadi kebun yang menghasilkan buah nanas dan buah naga. Serta pengelolaan hewan ternak seperti kambing dan domba yang diperuntukkan untuk qurban.
Perjalanan dimulai pukul 07.30 dari Bandung, dan sampai kira-kira pukul 10.30. Kebayang dong, di Subang naik ke derah pegunungan saat cuaca sedang panas-panasnya. Kami memulai mengitari Kebun Indonesia Berdaya yang luasnya kurang lebih 10 hektar.
Kebun Indonesia Berdaya ini telah sukses menjadi kebun yang menghasilkan buah nanas dan buah naga. Serta pengelolaan hewan ternak seperti kambing dan domba yang diperuntukkan untuk qurban.
Kebun Indonesia Berdaya ini memilki 3 hal yang mendorong pengelolaan zakat produktifnya, yaitu
1. Petani, sebagai pengelola lahan perkebunan
2. Pengupas Nanas, sebagai support sistem yang membantu proses pengindustrian nanas ke industri yang telah bekerja sama sehingga nanas dijual pun sudah layak jual
3. Pabrik Pengolahan Nanas, sedang berjalan pembangunan pabrik pengolahan nanas, yang tadinya hanya digunakan untuk mengolah buah nanas, kedepannya bisa digunakan untuk mengolah buah yang lain.
Dompet Dhuafa sudah fokus membuat buah nanas menjadi salah satu media wakaf produktif.
WakeUp Wakaf Dompet Dhuafa mengajak para masyarakat untuk Seeing is Believing. Melihat bahwa wakaf itu tidak terpatok pada 3M (makam, madrasah dan masjid) tetapi ada lahan-lahan perkebunan yang bisa dikelola dan dapat menghasilkan manfaat terutama bagi warga sekitar.
Meskipun panas, muka gosong, tapi aku benar-benar senang dan ini menjadi pengalaman yang sangat mengasyikan. Next, mudah-mudahan bisa kesini lagi, saat buah naga sedang panen. Karena kebetulan buah naga diprediksi panen bulan Desember nanti.
Karena itu, Dompet Dhuafa mengajak aku dan teman-teman blogger untuk ikut melihat langsung pemanfaatan lahan di Kabupaten Subang. Bener-bener pengalaman yang sangat menyenangkan, untuk melihat langsung pemanfaatan lahan perkebunan sebagai bentuk wakaf produktif.
Selain lahan yang ditanami buah nanas dan buah naga, lahan seluas 10 hektar ini pun dipakai untuk pengembangbiakkan hewan ternak seperti domba dan kambing. Mulai dari pemeliharaan sampai hewan-hewan tersebut bisa dijual untuk keperluan qurban, aqiqah dan kotoran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk untuk area perkebunan.
Selain lahan yang sudah dimanfaatkan, Dompet Dhuafa pun membangun pabrik ekstrak buah Indonesia berdaya yang masih berada di kawasan Kabupaten Subang. Kondisi pabrik saat ini sudah 80% rampung dan tinggal pemasangan mesin-mesin dan pemenuhan tenaga kerja.
Kedepannya, pabrik ini tidak hanya mengolah buah nanas, tapi juga buah pepaya, jambu kristal, buah naga dan alpukat untuk dijadikan selai, sirup dan juga hasil olahan lainnya.
Keberadaan pabrik ini pun diharapkan dapat berproduksi dengan padat karya dan dapat menyerap tenaga kerja dari kalangan dhuafa.
Pabrik inilah yang juga merupakan bentuk dari wakaf produktif, di mana lahan dan donasi wakaf yang dihimpun melalui Dompet Dhuafa dapat menjadi sumber ekonomi produktif yang dapat bermanfaat untuk kaum dhuafa.
Dompet Dhuafa sudah fokus membuat buah nanas menjadi salah satu media wakaf produktif.
Panen Buah Nanas |
WakeUp Wakaf Dompet Dhuafa mengajak para masyarakat untuk Seeing is Believing. Melihat bahwa wakaf itu tidak terpatok pada 3M (makam, madrasah dan masjid) tetapi ada lahan-lahan perkebunan yang bisa dikelola dan dapat menghasilkan manfaat terutama bagi warga sekitar.
Meskipun panas, muka gosong, tapi aku benar-benar senang dan ini menjadi pengalaman yang sangat mengasyikan. Next, mudah-mudahan bisa kesini lagi, saat buah naga sedang panen. Karena kebetulan buah naga diprediksi panen bulan Desember nanti.
Caranya seperti apa agar masyarakat melek akan wakeup wakaf produktif ini?
Mengubah mindset tentang berwakaf, kalau biasanya wakaf itu selalu identik dengan orang-orang yang berpenghasilan lebih, tetapi melalui program wakeup wakaf dompet dhuafa, cukup dengan uang sebesar Rp 10.000,- sudah bisa berwakaf.Karena itu, Dompet Dhuafa mengajak aku dan teman-teman blogger untuk ikut melihat langsung pemanfaatan lahan di Kabupaten Subang. Bener-bener pengalaman yang sangat menyenangkan, untuk melihat langsung pemanfaatan lahan perkebunan sebagai bentuk wakaf produktif.
Selain lahan yang ditanami buah nanas dan buah naga, lahan seluas 10 hektar ini pun dipakai untuk pengembangbiakkan hewan ternak seperti domba dan kambing. Mulai dari pemeliharaan sampai hewan-hewan tersebut bisa dijual untuk keperluan qurban, aqiqah dan kotoran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk untuk area perkebunan.
Hewan Ternak |
Lahan Siap Tanam |
Kebun Buah Naga |
Selain lahan yang sudah dimanfaatkan, Dompet Dhuafa pun membangun pabrik ekstrak buah Indonesia berdaya yang masih berada di kawasan Kabupaten Subang. Kondisi pabrik saat ini sudah 80% rampung dan tinggal pemasangan mesin-mesin dan pemenuhan tenaga kerja.
Pabrik Ekstrak Buah Indonesia Berdaya |
Kedepannya, pabrik ini tidak hanya mengolah buah nanas, tapi juga buah pepaya, jambu kristal, buah naga dan alpukat untuk dijadikan selai, sirup dan juga hasil olahan lainnya.
Keberadaan pabrik ini pun diharapkan dapat berproduksi dengan padat karya dan dapat menyerap tenaga kerja dari kalangan dhuafa.
Pabrik inilah yang juga merupakan bentuk dari wakaf produktif, di mana lahan dan donasi wakaf yang dihimpun melalui Dompet Dhuafa dapat menjadi sumber ekonomi produktif yang dapat bermanfaat untuk kaum dhuafa.
Target WakeUp Wakaf Dompet Dhuafa
Melalui talkshow dengan GM Wakaf Dompet Dhuafa Bapak Bobby P Manulang dan Bapak Kamaludin Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa, program wakeup wakaf melalui pengembangan lahan perkebunan ini ditargetkan sampai 200 hektar.
Dompet Dhuafa membuka kesempatan bagi para masyarakat yang mau ikut berwakaf produktif dengan cara melelang lahan seluas 1000 m2 dengan harga Rp 125.000.000,-. Harga tersebut termasuk biaya pengelolaan lahan sebesar Rp 50.000.000,-, pembangunan utilitas sebesar Rp 25.000.000, dan sisanya sebesar Rp 50.000.000,- dapat dikembalikan kepada waqif (donatur) yang ingin mendapatkan hasil dari investasi wakafnya berupa pengembalian pokok yang akan berlangsung setiap tahun selama 15 tahun.
Nah, untuk kamu yang berminat berwakaf produktif melalui dompet dhuafa kamu bisa langsung klik wakaf yah.